Istighosah Kubro PPMI Mesir: Doa yang Menyatukan, Ahlak yang Dipertanyakan

Istighosah Kubro PPMI Mesir: Doa yang Menyatukan, Ahlak yang Dipertanyakan

Ikmalmesir.com – Dalam upaya mempererat persaudaraan dan menyikapi kondisi terkini di Indonesia, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir sukses menggelar acara Istighosah Kubro dengan membawa semboyan “Menyatukan Doa, Menguatkan Persaudaraan”. Acara diselenggarakan pada Jumat, 12 September 2025 pukul 20.12 CLT (terlambat 2 jam dari undangan) bertempat di Aula Masjid Assalam. Acara berlangsung sederhana namun tersirat makna, bertujuan menumbuhkan rasa kebersamaan di antara para mahasiswa Indonesia (masisir) yang menempuh studi di Mesir serta menjadi wadah penyampaian aspirasi diaspora terkait kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Menurut Ketua Pelaksana acara, Ardiansyah, kesederhanaan menjadi pilihan utama agar esensi kebersamaan dan kekeluargaan dapat lebih terasa. “Kami ingin acara ini terasa seperti pertemuan keluarga, di mana setiap orang bisa merasakan kedekatan dan kehangatan,” ujarnya.

Presiden PPMI Mesir, Ustaz Glen Sofiyan, Lc., menyampaikan bahwa acara ini bermula dari aspirasi kolektif para masisir, termasuk dari para gubernur kekeluargaan dan ketua Nusantara. Mereka memiliki keinginan kuat untuk menyatukan doa dan zikir sebagai respons atas berbagai hal yang terjadi di Tanah Air.
Beliau menekankan poin-poin penting terkait peran diaspora. Yaitu, diaspora mampu memiliki peran besar dalam pembentukan dan pembangunan negara. Ia juga berharap acara Istighosah Kubro ini semoga dapat menjadi wadah untuk menyalurkan aspirasi serta mencari solusi cerdas dalam menyikapi isu-isu yang ada, sehingga para masisir dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi bangsa.

Puncak acara dilanjut dengan prakata juga nasehat yang disampaikan oleh Kyai Ali Arham setelah melaksanakan salat istighosah, yang mana beliau secara lugas menyoroti masalah akhlak di kalangan masisir. Kyai Ali Arham mengingatkan bahwa banyak mahasiswa yang cenderung menyepelekan hal-hal yang bersifat fardhu ‘ain (kewajiban individu) dan justru fokus pada fardhu kifayah (kewajiban kolektif) atau bahkan hal-hal lain yang tidak mendesak.
Beliau memaparkan beberapa fenomena ahlak yang mulai dinormalisasikan di lingkungan masisir saat ini dan perlu mendapat perhatian serius, di antaranya: Ikhtilat (percampuran antara laki-laki dan perempuan bukan mahram) yang semakin dianggap wajar, kebiasaan merokok di depan umum yang tidak mencerminkan citra pelajar muslim, masalah musik yang mengganggu tetangga di mana sebagian masisir berani memainkan musik keras di lingkungan tempat tinggal, fenomena rumah-rumah yang diisi oleh para gamer sehingga waktu dan fokus dihabiskan untuk bermain game bukan untuk belajar atau beribadah, serta beberapa masalah akhlak secara umum yang banyak belum tersentuh.
Melalui prakata ini, Kyai Ali Arham mengajak seluruh masisir untuk kembali mengutamakan hal-hal fundamental dalam agama dan kehidupan sehari-hari, serta menjadikan Mesir sebagai tempat untuk menguatkan ilmu dan akhlak, bukan justru melupakannya.

Acara berakhir dengan sesi penyampaian prakata dari forum bebas, kemudian dilanjut dengan makan bersama yang menambah nuansa kedekatan juga kebersamaan.

Red: Melya Syifaurrahmah

Editor: Najla Maharani

You might also like