Ibnu Sina Pun Diam Saat Berhadapan dengan Orang Bodoh

Ibnu Sina Pun Diam Saat Berhadapan dengan Orang Bodoh

Abu ‘Ali al-Husain bin ‘Abdullah bin Sina, atau yang biasa kita kenal sebagai Ibnu Sina, adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang sangat produktif, sebagian besar karyanya membahas tentang filsafat dan ilmu kedokteran.

Sejak kecil Ibnu Sina sudah banyak menyukai teori-teori yang dianggap sulit oleh kebanyakan orang, di antaranya adalah kedokteran metafisika, matematika, dan seabrek teori filsafat yang dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles.

Tak hanya berhenti pada hobi dan keahliannya dalam memecahkan teori-teori metafisika Pluto dan Aristoteles, Ibnu Sina beralih ke pengobatan di usia ke 16 tahun dan tidak hanya sekadar belajar teori kedokteran, tetapi juga menemukan metode baru dalam pengobatan. Dia memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas pada usia 18 tahun. Ibnu Sina pernah berkata, “Kedokteran adalah ilmu yang sulit ataupun berduri, tetapi aku akan meninggalkan ‘hal besar’ dalam ilmu kedokteran di dunia ini.”

Maka tak salah bila di kemudian hari Ibnu Sina dijuluki sebagai “Bapak Kedokteran Modern” dengan karya fenomenalnya yang berjudul al-Qanun fi at-Thibb yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Tak berbicara banyak tentang biografi Ibnu Sina, tetapi penulis ingin menceritakan kisah menarik yang pernah dilalui oleh Ibnu Sina, dan semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Suatu hari Ibnu Sina sedang berjalan jauh dengan menunggangi kuda, lalu di tengah perjalanan Ibnu Sina kelelahan dan turun dari kuda untuk beristirahat dan ia mengikat kudanya pada sebuah pohon, kemudian dia memberikan jerami sebagai makanan untuk kudanya.

Kemudian Ibnu Sina duduk di tempat teduh sambil menikmati bekal yang dibawanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menunggangi keledai, kemudian ia turun dan mengikat keledai itu di pohon berdekatan dengan kuda milik Ibnu Sina, dengan maksud supaya keledainya bisa ikut memakan jerami yang diberikan Ibnu Sina untuk kudanya.

Orang tersebut pun duduk berdekatan dengan Ibnu Sina. Ketika ia duduk, Ibnu Sina berkata, “Sebaiknya posisi keledaimu jauhkan dari kudaku supaya tidak ditendangnya.”

Namun, penunggang keledai itu tidak menggubris peringatan yang disampaikan oleh Ibnu Sina,
dan tak lama terjadi apa yang disampaikan oleh Ibnu Sina. Si keledai ditendang oleh kuda Ibnu Sina hingga cidera, yang membuat si pemilik keledai marah kepada Ibnu Sina dan meminta pertanggung jawaban.

Ibnu Sina tidak menjawab dan hanya terdiam, hingga kemudian si pemilik keledai mendatangi hakim dan meminta agar Ibnu Sina membayar atas apa yang dilakukan oleh kuda Ibnu Sina kepada keledainya.

Ketika di hadapan hakim dan ditanya oleh hakim, Ibnu Sina hanya terdiam.

Hakim kemudian berkata kepada penunggang keledai, “Apakah ia bisu?” Orang itu menjawab, “Tidak, tadi bicara padaku.” Hakim bertanya, “Apa yg ia katakan?”

Orang itu kembali menjawab, “Jangan dekatkan keledaimu nanti ditendang oleh kudaku.” Setelah mendengar jawaban itu, sang hakim langsung tertawa dan berkata kepada Ibnu Sina, “Anda ternyata pintar, cukup diam dan kebenaran terungkap.”

Sambil tersenyum Ibnu Sina berkata kepada hakim, “Tidak ada cara lain untuk menghadapi orang bodoh selain dengan diam.”

Demikian cuplikan salah satu di antara anekdot yang penulis ambil dalam buku Cita Humanisme Islam karya George Abraham Makdisi

Tabik!

Gubernur IKMAL Mesir 22/23

You might also like